Long Story Short Genre Shift: Sang Penakhluk? (Pendekatan Semiotik/Simbolis lengkap penjelasan makna persimbolan yang di pilih di balik setiap tokoh, diksi dan adegan)
Chapter 6 Fantasy Fiction Literature Segment![]() |
| Ilustrasi |
Transisi genre dari cerita gondrong dan manis karya Def-Tan
Selayaknya
anak kecil yang tak pernah tumbuh, kenaifanku selalu menuntunku pada kesalahan.
Aku selalu ceroboh dan melupakan hal sepele yang penting:
1. Perhatikanlah
pijakanmu, Jangan sampai kau terpeleset dan terjatuh.
2. Berhati-hatilah
pada perangkap singa, setelah kau lolos dari perangkap harimau.
3. Jangan
memakai high-heels ketika kau mencoba lari dari musuh.
peraturan
yang paling penting kala kau berusaha lari dari musuh yang mencoba memangsamu adalah
kau tidak boleh gagal dalam melarikan diri. Karena ini sebuah momentum yang
mempertaruhkan nyawamu, jika terjatuh, kau dipastikan tak bisa bangkit lagi dan
mayatmu hanya akan diinjak-injak. [1]Orang-orang
berjubah[2] itu
tak akan segan-segan menyeretmu dan menawanmu dalam kerangkeng[3] seribu
kilo meter di kedalaman perut bumi. [4]
Dan sialnya,
aku mengabaikan peraturan itu.[5]
Aku pun memejamkan
mataku, pasrah, teramat pusing memandangi serpihan kertas yang berhamburan ke
udara dalam motion yang seolah semakin saja melambat. Sudahlah, lagi pula aku
sudah sangat muak dan lelah dengan semua pelarian ini. Apa ini memang sudah
akhirnya?
Sampai di
sini… Jadi, aku benar-benar menyerah?
“AKU
MENANGKAPMU!!”
Teriakan serak
seseorang mengacaukan segala spekulasiku. Aku membuka mata dan… duar! kini ada
seorang pria asing melotot memandangiku. Aku bahkan bisa merasakan nafasnya
yang menderu tidak teratur dan ketakutan di matanya. Aku balas
melotot-mengerutkan kening heran, bersamaan aku beranjak berdiri. Ia mulai
mengendorkan cengkraman tangannya dari pinggangku lalu perlahan
melepaskannya-tanpa mengalihkan tatapannya sejengkalpun terhadapku.[6]
Dia.. penyelamat?atau… pengacau?[7]Malaikat
atau Jin Ifrit?
Tapi
Bagaimana bisa manusia sepeduli itu?!! Jangan-jangan ia hanya musuh menyamar [8]
apakah kita saling mengenal sebelumnya?[9]
Jika ya, Di mana?
Apakah di
tumpukan halaman-halaman yang berusaha kuremas-remas sebelumya?[10]
..Dalam karma yang ingin kulupakan sebelumnya?[11]
Entah mengapa
begitu sulit menjelaskannya, sampai-sampai membuatku merasa mual.
“Bajingan!”
Sial.
Aku rasa
Seberapapun kerasnya aku berusaha menahan kata itu agar tak meluncur ke otakku
dan keluar dari mulutku ataupun menjadi kebiasaan setelah hampir 14 hari sendirian,
mengelana, dan berusaha membenahi diri di habitat manusia tangguh[12].
Semuanya akan tetap sia-sia pada akhirnya. Karena kata itu akan terus mencari
jalannya sendiri, terutama jika kau sedang di tengah-tengah pelarian lalu kau
dihadapkan dengan seorang pria aneh, berambut gondrong, berkaos oblong hitam
yang semena-mena menjegal jalanmu. [13]
“A-apa kau
bilang?! aku telah menyelamatkanmu, kau tergelincir dan hampir saja terjatuh kalau
aku tak menangkapmu. Kaulah yang menabraku duluan”. Tadi kau berlari.. lari.. sangat cepat,
meliuk dan terpleset oleh sepatu higheelsmu…!!
Tidak, bukan
kau!
Mengapa rasanya
semua ini seperti mimpi terindah dan familiar yang ingin kusaksikan
berulang-ulang di setiap tidurku?[14]
“Maaf! Aku
mengatai diriku sendiri”.
“apa?! Mengapa
kau membodoh-bodohkan dirimu sendiri?!”
Sungguh respons
yang luar biasa nan mengejutkan, pria itu malah membelalak dan bersimpati
memandangiku.
“Terima kasih
telah menyelamatkanku, sekali lagi aku minta maaf”.
Dia tersenyum
lembut padaku, membuat betapapun usahaku agar bersikap datar dan mengacuhkannya
jadi sia-sia. di luar dugaanku dari berusaha memulai percakapan yang
membosankan, pria ini sontak menggeleng dan tersenyum sembari mulai merapikan
kekacauan yang telah kuperbuat. Ia terlihat mencari-cari sesuatu mengedarkan
pandangannya ke sekeliling lalu memungut sebuah papan besar yang
terlempar cukup jauh dari tempat kami berdiri. Ia dengan lihai mengambil
beberapa kertas dan meletakannya ke atas papan. Aku pun juga memungut beberapa
kertas dan menyadari-
Mengapa sensasi
ini terasa begitu familiar? Seakan kau mengingat sebuah visi yang telah lama
terlupakan, dan ini amat menyentakmu.[15]
Ternyata ini merupakan potongan-potongan peta sebuah wilayah.[16]
Apakah ini semacam kolase?[17]
Aku membatin dalam hening, berjongkok mendekati laki-laki itu. Ia tampak amat serius
berusaha menyusun potongan-potongan kertas itu hingga dia mengabaikanku.
Merasa tak
tahan dengan objek yang kulihat, akhirnya otakku turut berpartisipasi berusaha memecahkan
teka-teki itu. Aku mengamati benda itu dari ujung kiri ke kanan, atas ke bawah,
mulai menganalisis akan segala kemungkinan kolerasi yang paling logis. Bagian
tengah papan telah terisi oleh beberapa bidang wilayah. Sebagian kecil
wilayah berwarna kuning kecoklatan dengan garis hijau melengkung di atasnya
diawali oleh huruf S dan Y, laut kematian di barat dan Irak di timur, lalu
ujungnya melancip ke bagian bawah berindikasikan sebuah wilayah yang berawalan
kata ‘Sau’. Lalu Turki di barat lautnya. Sedangkan wilayah lainnya
masih kosong.
‘‘Bukannya
wilayah itu berdekatan dengan Mediterania….?“
Detik demi detik otakku selalu berjalan.
Mengirimkan sinyal tentang abstraksi-abstraksi visual sedang tanganku mulai menyusunnya,
mencari-cari gambaran yang familiar, sampai akhirnya menemukannya. Semuanya
bekerja begitu cepat dan mudah di otakku, ya, setidaknya itulah salah satu kemampuan
andal kami, para lú-dub-sar-gis-da[18]
yaitu membuat peta,kami mengingat setiap navigasi, ruang, tempat bahkan letak
geografis segala peristiwa yang terjadi di dunia ini. Kami adalah salah satu
dewa dan dewi penjaga ingatan manusia,[19]
termasuk dalam kasus ini, berkaitan dengan sejarah. Kami mengabadikan setiap
momen, dan kejadian. Menulisnya dalam kitab-kitab dan mengabadikan setiap
kenangannya menjadi monumen dan legenda. Baik yang sudah dipercayai manusia
dengan adanya fakta, maupun sejarah yang masih dianggap sebagai mitos serta kepercayaan
dalam kitab-kitab suci dan ajaran.
Tanganku pun mulai mengimbangi kecepatan
pikiranku. Dalam beberapa saat aku bisa bersyukur dan bernapas lega, karena merangkai peta sepele
seperti ini saja, sensasinya sama seperti liburan masa tegang beberapa bulan
setelah lulus. [20]Setidaknya
ini bisa menjadi relaksasi sekaligus pelarian sejenak dari para lú-sá-rig7-meš[21]
Yang berekspedisi
memburu kami.
“…WHOAA!!”
“Apa mungkin
kau itu cicitnya Ibnu batutah? [22]Jenius
Geografi yang mampu merangkai kolase peta hanya dalam beberapa menit!?” Pria
itu justru tak menghiraukanku, ia mengerjap-ngerjapkan matanya, menatap layar
handphone, menatap peta kemudian wajahku berulng kali.“Woooow!! whahahahaaaa!
Bagaimana bisa?! Ini sama persis!” bahkan sejauh ini rekor waktu tercepat yang
pernah kuhabiskan untuk merangkai peta adalah 3 menit 41 detik”. Aku menggeleng,
menghela nafas.
“Itu tak sesulit yang kau pikirkan, dan tak ada yang spesial.” Ini peta wilayah
Mesopotamia, Selama kau punya tujuan dan terus menatapnya. Seberapapun
menantang dan berdurinya jalanmu pasti kau akan sampai pada apa yang kau tuju. Dan
wilayah ini masih sangat sederhana.” Aku yakin kau juga bakal bisa menyusunnya.
Kau harus mulai dengan mengedintifikasi dan memahami warnanya. ”Warna
hijau di peta berarti wilayah subur, sedang putih tulang sampai kuning
kecokelatan mempresentasikan wilayah gurun.” Wilayah-wilayah yang subur
cenderung dialiri Sungai-sungai sebagai suplai air utama”. Lingkungan seperti
ini sangat menguntungkan bagi populasi Masyarakat untuk mulai membuka kehidupan, lalu mereka pun menciptakan pemukiman, lahan pertanian, berternak bahkan sampai
dimanfaatkan untuk jalur lintas perdagangan,” Sungai-sungai tersebut tentunya
memiliki wilayah hulu atau sumbernya yang umumnya terletak di wilayah-wilayah
pegunungan”. Kubiarkan jari-jariku menjadi pemandu untuk menelusuri
wilayah-wilayah yang signifikan pada peta, sebelum akhirnya berhenti di sebuah
titik kursial, Pegunungan Taurus di sebelah utara.“dan setiap Sungai akan
selalu memiliki muaranya, entah itu mengalir ke laut, danau, maupun teluk”.
Kini jariku menelusuri salah satu garis sejajar yang membentang dan berhenti
pada sebuah titik di Selatan, Teluk Persia. Jadi kau hanya perlu memperhatikan
tanda-tanda geografisnya dengan seksama”. Pria itu tampak begitu serius
menaruh perhatian, jadi aku memutuskan melanjutkan penjelasan. “Hal serupa juga
terjadi pada deretan panjang Sungai Nil, anak sungainya bermula di Jinja, Danau
Victoria, dan hilirnya bermuara ke Laut Mediterania yang ada di sebelah timur
la/
“Aku mengerti!
Meskipun ini bukan termasuk keahlianku.(aku akan berusaha) Jadi singkatnya.. ‘‘pria
itu mengerutkan dahinya sesaat, tampak berpikir. “Sungai Eufrat dan Tigris mengapit wilayah bulan sabit, sungai ini bermula dari pegunungan Taurus di wilayah Anatolia dan
Turki, lalu ia terus mengalir sehingga membuat daerah-daerah yang dilaluinya
tumbuh subur dan bermuara__
…ke Teluk Persia?“
Pria itu
menelusuri ulang wilayah-wilayah pada peta dengan jemarinya, dengan cekatan. Mengulangi
kembali materi pengajaranku. [23]Refleks
aku pun membalasnya dengan senyuman dan anggukkan, meskipun setelah itu aku
harus menggigit bibir karena telah menunjukkan emosi atau keramahanku pada..
manusia. Yang kapan saja, mungkin suatu saat, mampu mengubah senyummu menjadi ratapan. Namun
layaknya kata pepatatah, airpun perlahan-lahan mampu mengikis sebongkah batu,
orang dihadapanku ini selalu saja tersenyum, matanya berbinar seolah
memancarkan seribu ketulusan bersamaan sejuta rahasianya.
“Hei.. aku rasa
kau cukup pintar, siapa namamu?”
Panas dan menyayat kulit Tiba-tiba Bulu kudukku meremang, sesuatu
dari warna suaranya telah mencengkram instingku. Orang di hadapanku dengan
ganjil menatapku, perlahan bibirnya pun membentuk seringai. ‘‘Lalāi[24],
lú-dub-sar-gis-da?“
Hawa Panas dan
asap mengepul mendadak dari segala penjuru Atmosfer, percikan api berkilat dari segala penjuru
sudut lift, langit-langit, bahkan lantai pun perlahan meranum kecoklatan dan
gosong layaknya terpanggang. Tubuhku mendadak membeku tak mampu berkutik
layaknya manekin yang berdiri tegak di pajang, namun tubuhnya begitu kaku. entah energi dan kekuatan apa yang telah
menahanku. Orang di hadapanku mulai mendekat dan mencengkram daguku dengan lengan
berototnya, mendongakanku menatap wajahnya. Panas dari kulitnya menyengat
kulitku, peluh pun mulai menetes membasahi dahi dan leherku akibat api yang semakin membara dan menyeruak.. Percikan
api berkobar dalam matanya yang selegam arang selagi berbicara. ‘‘ Akan kukejar
kemanapun kau bersembunyi Tedfia[25],
aku tak akan melepasmu!“
Api hitam mulai mengepul mengelilinginya, secara ajaib mengubah orang di hadapanku ke wujud aslinya. Berjubah hitam, dengan bordiran emas, gelang-gelang api berputar membalut pergelangan tagan serta lehernya. [26]Dalam hitungan detik aku tersentak,menyadari siapa orang di hadapanku ini. Perasaan yang ambivalen serasa menggelitik ususku.
‘‘Kenapa harus aku? Alious..."
Aku menyeringai miris, gigi geligiku gatal ketika menyebutkan nama itu.
‘‘kerena aku
memilihmu sebagai ratuku“. Kau harus menghadapi ketakutanmu, sayang“ Orang di
hadapanku mulai menghunuskan pedangnya dari balik jubahnya. Waktu pun melambat
kepulan asap hitam menyembur membakar panas wajahku selagi orang di hadapanku
berteriak‘‘AKU AKAN MEMbUnUhMU EGO!!!![27]“Hujaman
tajam terasa membakar perutku, aku mengerang kesakitan bersamaan kusaksikan
sekujur lengan dan tubuh orang di hadapanku berubah menjadi tengkorak.
***
‚‘‘haahh..!‘‘ Nafasku tercekat. Keringat bercucuran membasahi
dahiku.
Cuma mimpi…?
***
‘‘Sayang??!‘‘
Semburat lampu
yang menggantung di dinding menyilaukan pandanganku layaknya matahari yang menyembul.
Desing kipas angin yang berputar menjadi laguku.Semerbak pengharum ruangan khas
klinik menusuk hidungku. Sentuhan
hangat menjalari kedua tanganku secara tiba-tiba. ‘‘ Udah Sadar?“
Laki-laki dihadapanku menatap dengan cemas. Tangannya mulai membelai rambutku selama beberapa haluan sebelum bibirnya merekah kembali penuh kelegaan.
“Nih, aku bikinin
puisi, dengerin aku baca ya..!”
“ Devita: puisi akrostik” oleh
Alious!”
D eraian kasih sayang menyertai perasaanmu
E lok bak sucinya hatimu kian menyinari ufuk kalbu
V iolet menjadi bunga yang mengambarkan cantiknya dirimu
I nginkan kelak kau memupuk angkasa bersamaku
T ersirat sebuah cerita yang kian harmoni
A kankah kelak sang pujangga menyertai cerita cintamu?
Depok, 24
November 2024
“Sayang..
aku..//
“Yang, kenapa
kamu pilih aku?“
‘‘kenapa aku
pilih kamu..?“ ya… karena_
Laki-laki
berambut gondrong itu terlihat mengatup-ngatupkan geliginya gusar, lalu mulai mengacak-ngacak rambutnya. ‘‘aku.. nggak tahu…
‘‘hatiku yang memilih…‘‘[28]
Tamat
‘‘Ini ketiga
kalinya kita bertempur dan berlayar menjauh, namun tiba di pelabuhan yang sama“
~Def
Tanoshii, Alious
If you like this story and want to support me, you can Trakteer me in the link below👇
[1] Dalam paragraf pertama diceritakan bahwa tokoh
sedang dalam pelarian dan takut tertangkap oleh orang-orang berjubah . Adegan
pertama ini mendeskripsikan ketakutan atau trauma penulis, yang takut terpenjara
atau tertawan kembali ke masa kegelapannya: kembali terbelenggu oleh emosi-emosi-emosi
negatifnya sendiri: frustasi, depresi, bingung, penyesalan akibat kegagalan dan
rasa bersalah. dalam paragraf pertama dijelaskan sudut pandang/pikiran tokoh
bahwa ia berusaha melarikan diri atau bersembunyi dari emosi-emosi negatif yang
terus memburunya tersebut.
[2] Disimbolkan sebagai emosi-emosi negatif
tokoh/penulis yang terus memburunya dan mencoba menawannya.
[3] Kerangkeng: Menyimbolkan masa kegelapan penulis/perasaan
penulis di masa lalu: terkurung dalam kerangkeng (kotak besi yang ukurannya
sangat sempit dan kecil) hal ini juga bisa menyimbolkan emosi penulis yang
merasa dirinya begitu kecil dan tidak bebas di masa lalu.
[4] Seribu
kilo meter di kedalaman perut bumi: hal ini menyimbolkan suasana hati penulis
di masa lalunya. Suasana gelap gulita seakan terpenjara di bawah tanah sehingga
ia tak bisa melihat Cahaya sedikitpun yang mampu menerangi pandangannya.
[5] Menyiratkan dan mengkonfirmasi kecerobohan
penulis di masa lalu.
[6] Adegan ini menyimbolkan datangnya keselamatan
atau pertolongan bagi penulis dari arah yang tidak disangka-sangka dan begitu
tiba-tiba tatkala ia sudah pasrah dan menyerah akan situasinya sembari menanti
kejatuhannya sendiri.
[7]‘ Pengacau atau penyelamat?’ mengisyaratkan
kebimbangan atau keraguan penulis akan situasi baru yang terjadi di hidupnya
Berupa kehadiran karakter kedua yang secara tiba-tiba dan menangkapnya dari
kejatuhan.
[8]
pernyataan sinis penulis yang tidak mudah lagi mempercayai seseorang akibat
traumanya.
[9] Menyiratkan perasaan dan kejadian familiar
tokoh/ penulis ketika pertama kali bertemu karakter kedua. (Alur yang
disalin/sama persis dengan naskah gondrong dan manis.
[10] Menyimbolkan Permasalahan /konflik yang terjadi di hubungannya.
[11] Karma (naskah deftan lainnya, yang terinspirasi dari kisah-kisah kekecewaan
dan kegagalannya di masa lalu)
[12] Menyiratkan atau menyimbolkan rentang waktu dan keadaan tokoh atau penulis
yang berlagak tangguh di saat berkonflik
dengan sang kekasih.
[13] (Alur yang disalin/alur yang sama persis seperti
kisah pertemuan pertama dan Tedfia dan Dwingga ini menyimbolkan kenangan-kenangan
yang di putar ulang atau tak mau pergi.
[14] Mengkonfirmasi harapan tokoh atau penulis untuk
mengulang kenangan-kenangan indah yang pernah terjadi selepas hubungannya
berakhir.
[15] Mengkonfirmasi ulang nomor 14
[16] Peta dalam cerita ini sendiri menyimbolkan
rencana dan arah dalam hubungan pribadi tokoh atau penulis sebelumya.
[17] Serpihan dari kolase peta melambangkan kepingan-kepingan rencananya
[18] Bahasa Sumeria kuno: menggambarkan seseorang yang
memiliki keterampilan dalam menggambar atau mencatat representasi wilayah
geografis atau spasial.
[19] Menyimbolkan tugas dan pekerjaan sebagai penulis,
adalah salah satunya mengabadikan setiap momen dan kejadian agar tidak lekang
dari sejarah atau peradaban.
[21] Dalam Bahasa sumeria kuno bisa diartikan sebagai
para penghapus.
[22] Seorang alim (cendekiawan) asal maroko yang
pernah berkelana ke berbagai pelosok dunia sekitar abad pertengahan.
[23] Adegan tokoh utama dan tokoh kedua berusaha
merangkai dan memecahkan peta bersama menyimbolkan atau mengisyaratkan bahwa
sebelumnya dalam hubungan romantisnya penulis berusaha selalu bekerja sama
dalam memecahkan konflik dan permasalahaan dalam hubungan mereka. Mereka juga
berusaha merangkai rencana untuk hubungan mereka di masa depan dan kenangan
tersebut sulit dilupakan.
[24] Dari bahasa jawa kuno: Bentuknya mirip dengan
penggunaan dalam bahasa Jawa modern yang telah diadopsi kedalam bahasa
indonesia.
[25] Tedfia adalah bentuk permainan huruf, jika di
otak-atik kembali maka akan membentuk nama „‘Defita“ nama pengarang.
[26] Kekuatan tokoh kedua/Dwingga yang berupa api yang
dianggap sebagai elemen tertinggi dan terkuat menyimbolkan gairah, semangat dan
tekad.
[27] Adegan ini menyimbolkan bahwa sebenarnya karakter
Tedfia adalah ego dari si penulis/pengarang. Musuh atau pangeran api berjubah yang
mengambil wujud kekasih pengarang, mengindikasikan rasa ketakutan atau ketidak
amanan akan trauma kegagalan dalam menjalani hubungannya.
[28] Adegan ending si ego atau konflik yang terjadi diantara mereka berhasil dimusnahkan, kekasih pengarang pun menemani di sisinya sampai ia tersadar. Hal ini menyimbolkan kegigihan dan komitmen kekasih pengarang dalam mempertahankan hubungannya.
Tentang Penulis:
Defita Nur
Rohmah atau dikenal dengan nama penanya Def Tanoshii, lahir di Kebumen, 30
Desember 2005. Sekarang tengah menempuh pendidikan tinggi di salah satu
Universitas Islam Negeri di Purwokerto yaitu UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri
Purwokerto. Aktif dalam beberapa komunitas
Offline dan Online seperti bergabung
menjadi member Youth Ranger Indonesia pada 2024. Ia juga aktif dalam beberapa komunitas offline
kebahasaan asing di kampus. Ketertarikannya dalam bidang sastra di mulai sejak
SMA, Naskah asli ‘‘Sang Penakhluk?‘‘ merupakan bab kedua dari projek novelnya
yang berjudul Gondrong dan Manis yang telah dipublikasikan pada web
pribadinya https://www.nearlyarthito.com bergenre fiksi romantis, dan
terinspirasi dari pasang surut hubungan pribadinya Namun, Def-Tan sendiri
berusaha melakukan alih genre ke fantasi. Ditulis melalui pendekatan penyimbolan (Semiotic) sebagai mahasiswi Tadris
Bahasa Inggris, ia mendapatkan pengetahuannya ini dari mata kuliahnya
Linguistics. Setiap adegan atau scene, tokoh bukan hanya hasil sebuah rekaan
atau imajinasi, namun juga serat akan makna dan nilai. Karyanya ini merupakan
sebuah kolaborasi dengan seorang sahabat sekaligus kekasih.
karyanya berjudul ‘‘Surat Kapal‘‘ (2022)
mendapat posisi pertama di lomba kedutaan literasi kebumen yang di usung
sebagai karya sastra terbaik yang dibuat oleh difabel. Karya-karyanya berupa
Antologi Puisi Kebudayaan dan Pariwisata Kebumen (2022) dan berjudul ‘’Raksasa”
termuat dalam ‘‘TARTRAZINE #2 Seputar Sastra dalam Zine untuk
Palestina(2023) dan juga Antologi Essay berjudul PENDIDIKAN UNTUK APA DAN SIAPA? (2023),
Kumpulan Fiksi mini Gol A Gong, dkk: Air Terjun (2024)
Song: Speechless (epic orchestra version)
Belum baca Gondrong dan Manis? Klik di Sini!
